J. Aku untuk mereka.
Usiaku kini telah lebih dari seperlima abad. Orang bilang masih usia produktif. Entah produktif dari segi apa. Tapi aku mengartikannya sebagai produktif untuk berkarya dan melakukan hal-hal baru dan bermanfaat untuk hidupku. Memikirkan hal itu, aku menjadi lebih bersemangat.
Aku jadi ingat ketika dimana aku sepuluh tahun yang lalu: adalah seorang gadis kecil yang periang, lincah dan mandiri. Meski tak tinggal bersama kedua orang tua dan saudara-saudaraku, aku tetap menyayangi mereka, karena ikatan darah dan batin yang begitu kuat ini telah menjeratku untuk tetap menyayangi mereka, kapapun dan dimanapun aku berada. Aku telah terlatih untuk pisah dengan mereka, dan itu yang membuat hidupku menjadi lebih mandiri. Berbagai macam usaha telah kulakoni, mulai dari menjual es, jajanan rinngan, menjual telur ayam, hingga mengantarkan barang dagangan ke kios-kios di sekitar daerah tempat tinggalku, bukan hanya sekedar untuk mendapatkan receh tambahan akan tetapi tak lebih karena aku senang melakoninya. Oran tua asuhku bukannya tidak menyayangiku, malah mereka sangat mencintaiku seperti anak mereka sendiri. Mereka membiarkanku melakukan semua kegiatan itu semata-mata untuk memlatih ku agar menjadi gadis yang lebih mandiri.
Dan aku sepuluh tahun terakhir ini., adalah seorang gadis yang tumbuh dengan penuh kasih sayang dari orang-orang disekitarnya. Baik itu orang tua, saudara , sahabat. Aku bersyukur bisa hidup lebih layak bila dibanding dengan orang-orang yang hidup tanpa kasih sayang dari siapapun. Sikap supel dan periangku menjadi modal utamaku dalam menggaet teman sebanyak-banyaknya.
Berteman dengan orang-orang yang penuh semangat, dan girrah tinggi dalam ilmu membuatku tumbuh menjadi gadis yang haus akan ilmu. Tak salah kalau bijak bestari mengatakan.
” Bergaul dengan orang-orang yang alim bagai mendekati taman bunga. Meskipun engkau tak mampu memetik bunganya, namun bau harumnya dapat engkau cium.”
Subahanallah...girah mereka yang begitu tinggi terhadap ilmu, membuatku terseret dalam semangat dan girah mereka pula.
Tak peduli dengan ekonomi keluarga yang pas-pasan, namun dengan keyakinan bahwa, rizkinya orang yang menuntut ilmu itu benar-benar telah dijamin Allah SWT, maka dengan Bismillah,.. aku melangkah mengejar impian dan cita-citaku untuk agama dan bangsaku.
Berapa pulau telah ku langkahi, akan kah aku kembali dengan otak kosong dan tangan hammpa.???.
Tidak.. tidak akan...
Aku berani melangkah sekian jauh, berarti aku harus menebusnya dengan dengan membawa ilmu sebanyak-banyaknya. Bukankah ilmu itu tidak hanya tertera dalam lembar kertas saja.?
Aku sepuluh tahun mendatang: akan menjadi seorang istri yang taat pada suaminya selama aku dibawanya dalam ketaatan pada-Nya, yang akan menjunjung tinggi harkat, martabat dan kehormatannya sebagai sang kepala keluarga karena dialah yang utama, istri yang kan selalu mendampingi dalam setiap tahap perjuangannya. Istri yang bersabar hati terus menyemangati dan mendampingi perjuangan suami bersama-sama mendidik putra-putri dan buah hati untuk terus taat pada ilahi, menjunjung tinggi ajaran Rabbani. Aku kan menjadi teman dan sahabat untuk putra-putri tercinta, yang kan selalu mendampingi setiap fase pertumbuhan dan prestasinya. Menjadi ratu dan permaisuri setia untuk raja hati yangyang bijaksana. Menantu yang berbakti pada mertua. Warga yang baik bagi pak RT-Lurah-Camat-bupati-gubernur dan presidennya, he..he..he..
Insyaallah aku nanti menjadi pendidik yang mengedepankan anak-anak didiknya. Intinya aku akan menjadi seorang perempuan yang terus berusaha menebarkan kebaikan dan kemaslahatan bagi semua. Membuat diri lebih bermanfaat, menjadi wanita yang mulia dan sempurna yang terus bergerak maju menuju titik maksimumnya.
wanita yang sempurna dan mulia
adalah wanita yang diharapkan kebaikannya
dan orang merasa aman dari keburukannya
yang selalu memberi manfaat bagi orang lain
dan..
menjauhkan orang lain dari keburukan prilakunya
yang penghuni langit dan bumi
memujinya..
menyayanginya
mendo’akannya
dan,..
mengharapkannya
Semoga apa yang menjadi impian ini akan terwujud dalam nyata, karena Rabb-ku pasti akan memberikan kemudahan dalam menjalaninya, aku berdoa dan berdoa dan terus berupaya agar menjadi nyata.
Rabbi auzi’ni an asykura ni’mataka allati an’amta ‘alaiyya wa ‘alaa waalidayya wa an a’mala saalihan tardhahu wa aslihlii fii zurriyatii inni tubtu ilaika wa inni minal muslimiin: (Yaa Rabbi,..berilah hamba petunjuk agar hamba dapat mensyukuri nikmat-Mu, yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau Ridhai, dan berilah hamba kebaikan yang akan terus mengalir sampai kepada anak cucu hamba, sungguh hamba bertaubat kepada-Mu, dan sungguh hamba termasuk orang muslim)…
Selasa, 29 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar