Olah dan rangkai potensi menjadi prestasi
Siapkan diri, fokuskan akal dan pikiran
Gunakan otak kanan dan kiri untuk memasuki petualangan mendebarkan
Gunakan semua otak untuk mencapai tujuan
(Solikhin Abu Izzuddin: 2009 )
Haidst Rasulullah. Saw, yang artinya:
“Barangsiapa yang mengenal dirinya sesungguhnya ia telah mengenal Tuhannya.”
Berangkat dari hadist di atas. Timbul pertanyaan:
1. Apakah kita benar-benar telah mengenal diri kita sendiri?
2. Lalu bagaimana cara mengenal diri sendiri?
Tentu ada beragam jawaban yang akan didapatkan seputar pertanyaan di atas. Esensinya, mengenal diri sendiri bukan hanya mengenal diri secara fisiknya saja seperti mengenal nama, alamat, tanggal lahir, orang tua, jumlah saudara dan sebagainya, namun mengenali diri secara psikologi justru itu yang terpenting. Mengenali diri berarti menilai diri sejauh mana kita mengetahui hal-hal yang terkait dengan pribadi kita baik dari segi zahirnya maupun batin. Fenomena sekarang justru kebanyakan generasi muda tidak sepenuhnya mengenal diri sendiri bahkan yang lebih parah justru tidak mengenal diri sendiri sama sekali. Na’udzubillah...
Usia remaja dari 12-20 tahun atau yang disebut juga oleh Ericson pakar psikologi perkembangan sebagai tahapan endolesen merupakan usia yang rentan karena pada dasarnya pada usia ini kebanyakan mereka belum sepenuhnya mengenali diri sendiri. Pada pase perkembangan inilah terjadi puncak pencarian identitas diri mereka berjuang menemukan siapa dirinya. Sehingga masa remaja terkadang disebut sebagai masa pencarian jati diri.
Matta (2004) membantu kita dalam menguraikan makna dari mengenali diri yang ia sebut sebagai menilai diri sendiri, seperti yang ia katakan. Menilai diri sendiri adalah seni yang paling rumit dalam keterampilan jiwa yang dimiliki seseorang. Dan tidak semua orang mau mengasah jiwanya untuk terampil hingga dapat menilai sisi sisi positif dan negatif pada dirinya sendiri.
Untuk menemukan jati diri remaja cenderung akan mencari sosok yang dapat mereka kagumi atau yang mereka idolakan untuk dijadikan sebagai panutan. Tentunya yang dikhawatirkan adalah remaja yang salah dalam memilih idola sebagai panutan dan lahirlah generasi beo inilah yang disebut sebagai krisi jati diri yang dapat membahayakan. Jika sudah banyak generasi muda yang mengalami penyakit krisis jati diri atau bahkan tidak mengenali diri mereka sendiri maka ucapkanlah innalillahiwainna ilaihiraji’un terhadap peradaban ini. Karena itu merupakan pertanda kehancuran dari sebuah peradaban.
Lantas bagaimana dengan generasi muslim kita?.
Peradaban Islam kita.?
Temukan jawabannya pada kedalaman hati kita masing-masing.! Bagadav Gita membantu kita menemukan jawabannya dengan mengatakan bahwa manusia dibentuk dari keyakinannya, apa yang ia yakini itulah dia. Selaras dengan hadis Rasulullah yang artinya “Sesungguhnya Allah itu akan berlaku seperti sangkaan hambanya”. Ketika kita yakin pada diri sendiri dengan kemampuan yang dimiliki, dengan sendirinya sepirit kesuksesan akan tertanam dalam jiwa. Begitu pula sebaliknya. Walt Disney menambahkan, jika anda dapat memimpikannya anda pun dapat melakukannya. Maka, kata koncinya adalah yakin atas potensi yang diberikan Allah pada diri kita, lakukan yang terbaik untuk menggalinya dan berikan yang terbaik ketika mengasahnya.
Lalu tanyakan kembali keyakinan anda.! Sejauh mana anda meyakini potensi anda?.
Ada rambu-rambu yang diberikan Matta (2004) yang perlu diperhatikan ketika potensi yang dimiliki telah diketahui yakni berhati-hati dalam melakukan identifikasi diri. Jangan melakukan identifikasi diri yang salah dan jangan menilai diri sendiri melampaui kadarnya yang objektif. Kita dapat belajar dari cara para khalifah zaman Abbasiyah menilai diri mereka. Mereka mengatakan:
“Saya tidak pernah bangga pada setiap prestasi yang saya capai, tapi yang sebenarnya tidak saya rencanakan. Tetapi saya juga tidak menyesali setiap kegagalan yang saya alami, selama saya sudah merencanakan semuanya dengan baik sebelum melakukannya”
Hal yang perlu digaris bawahi dalam ungkapan para khalifah zaman Abbasiyah di atas adalah merencanakan semuanya dengan baik sebelum melakukannya. Tepat jika Jack Trout mengatakan “Tak ada satupun orang yang akan mengikuti anda jika anda tidak tahu kemana harus melangkah”. Untuk mengetahui kemana harus melangkah tentu dibutuhkan alat yang dapat membantu kita agar dapat sampai pada tujuan dan hal yang paling urgen adalah mempersiapkan diri serta menguatkan motivasi sebelum melangkah. Mengetahui arah tujuan kemana dengan jelas serta menggunakan alat-alat bantu yang dipersiapkan seperti peta dan kompas agar tidak tersesat ditengah perjalanan dan selamat sampai tujuan, dan tentunya dengan bekal motivasi yang kuat. Untuk menyelamatkan hambanya dari ketersesatan jauh sebelumnya Allah telah menyiapkan petanya yakni Al-Qur’an dan Rasulullah memberikan kompasnya berupa hadist dan tugas kitalah menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya.
Orientasi perjalanan seorang mukmin di dunia ini tentunya adalah untuk kehidupan setelah matinya. Oleh karena itu kontrol dan evaluasilah diri (muhasabah). Ustaz Annis Matta dalam buku Mencari Pahlawan Indonesia mengatakan orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengoreksi dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Karena hidup ini begitu singkat, oleh karena itu wahai generasi muda janganlah membuatnya menjadi semakin singkat dengan melakukan sesuatu yang sia-sia. Gunakan kesempatanmu untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi ummat, kerahkan segenap kemampuamu untuk memberikan yang terbaik bagi ummat. Sesungguhnya setiap kita berpotensi menjadi sempurna, karena Allah telah membekali dengan akal dan ilmu. Dengan bekal itulah kita dapat melejitkan potensi yang kita miliki kemudian menggiringnya menuju batas maksimum dari momentum kehidupan kita agar kita menjadi manusia yang sempurna.
Manakah yang anda pilih menjadi orang biasa, ataukah menjadi sempurna?
Tidak ada manusia yang sempurna, memang itu kenyataannya. Yusuf Qardhawi menjelaskan, kesempurnaan itu ukurannya tidak bersifat kuantitatif namun bersifat psikologis tertentu yang dirasakan seseorang dari suatu proses maksimalisasi penggunaan potensi diri, dimana seseorang memasuki keadaan yang oleh Al-Qur’sn disebut menjelang putus asa. Ukuran kesempurnaan adalah batas maksimum dari kemampuan setiap individu untuk berkembang. Maka, bergerak menuju kesempurnaan adalah bergerak menuju batas maksimum itu.
Masalahnya disini tidak banyak orang yang mau memaksimalkan potensinya karena tak sanggup menjadi sempurna padahal ia mampu melakukannya. Abu Tamam seorang penyair Arab mengatakan, tidak ada aib yang aku temukan dalam diri seorang manusia, melebihi aib orang yang sanggup menjadi sempurna, namun tidak mau menjadi sempurna.
Jika semua generasi muslim memilih menjadi orang biasa saja, yang hidupnya lebih santai bahkan nyaris tanpa beban, tanpa sorotan, tanpa stres, tanpa depresi. Lantas siapa yang akan menggerakkan peradaban, melakukan perombakan, mewujudkan perubahan?
Sebagai renungan, ustaz Annis Matta memberikan perincian mengenai orang biasa dan yang luar biasa.
Menjadi Orang biasa: merupakan godaan bagi mereka yang berpotensi menjadi luar biasa. Inilah yang membuat air kecemerlangan dalam dirinya hanya keluar dan kemudian tergenang. Dan dimanapun ada genangan air, di situ selalu ada kemungkinan pembusukan. Air itu tidak menggelombang maka tidak ada debur kehebatan dalam dirinya. Air itu tergenang teduh dan dalam keteduhannya ia tersedot oleh cahaya matahari kehidupan. Maka ia mengering dan habis. Atau ia terkotori oleh sampah yang terbuang dalam genangan itu, maka ia mengeruh dan kemudian membusuk.
Menjadi yang luar biasa (pahlawan): mereka adalah sungai yang mengalir deras atau air yang menggelombang dahsyat. Semua potensi dalam dirinya keluar satu persatu. Semua kehebatan dirinya menggelora ke permukaan bagai gelombang. Semua gelombang (potensi) dalam dirinya bertiup kencang bagai badai. Ia menantang kehidupan, maka ia mengukir sejarah sebab sejarah adalah catatan petualangan hidup. Ia mengejar dan menangkap takdirnya, maka ia mendapatkan mahkotanya.
Sekarang.
Pilihan ada di tangan anda..!
motivasi dari sahabat-sahabatku.
Mereka yang sempurna dan mulia
Adalah mereka yang diharapkan kebaikannya
Orang merasa anam dari keburukannya
Yang selalu memberi manfaat buat orang lain
Dan menjauhkan orang lain
Dari keburukan prilakunya
Kami mendoakanmu
Semoga engkaulah itu
Para pemburu syurga..
Tidak akan berhenti pada tahap mimpi
Ada asa yang harus diwujudkan
Ada pngorbanan yang harus dikeluarkan
Dan,..
Ada karya nyata yang harus dipersembahkan
Keindahan perjuangan adalah ketika kita menyadari
Akan beratnya perjuangan
Lalu,..
Menorehnya dengan pena kesabaran
Dalam lembar-lembar keikhlasan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar